Biografi Triyono
Mimpi
empat triliun bisa dilakukan salama tidak malas. Seperti kisah wirausaha muda
lewat biografi Triono. Uang tersebut
bukanlah milik aku, kamu, atau mereka yang malas- malasan. Mereka sang
pemilik, para pengusaha muda yang bekerja keras dan menghasilkan triliunan.
Hati
dan tekat seperti Triyono tidak berhenti wirausaha. Ya, ini kisah pengusaha
sukses bukan karena uang, tapi hati. Biografi Triyono, wirausaha muda kelahiran
21 Juni 1981, asli dari Sukoharjo, Jawa Timur. Apakah latar belakangnya hingga
berani bermimpi empat triliun.
Dia
bukanlah siapa- siapa dulu. Bahkan dia hanyalah penyandang disabilitas.
Penyakit polio yang dideritanya telah menjadikannya sosok minder. Namun,
semangat Triyono tetaplah kuat, itu semua karena ayahnya dan ibunya membaurkan
dia bersama anak- anak lain.
Putra
pasangan Priyono dan Marinah, ketika pulang orang tua Triyono selalu membawa
mainan dan anak- anak se- kampung selalu datang. Berjalan waktu Triyono kecil
tumbuh seperti anak- anak kebanyakan. Dukungan orang tuanya serta kakak-
adiknya membuatnya penuh percaya diri.
Pengusaha
Muda Tidak Boleh Minder
Meski
sempat minder, wirausaha muda ini yakin selalu berpikir positif dan pantang
menyerah. Ia pun aktif bermasyarakah dan berorganisasi. Tri selalu aktif
berorganisasi dan wirausaha bahkan sampai ke jenjang kuliah. Inilah cikal bakal
kepercayaan diri Tri membangun bisnis triliunan.
Meskipun
dia kesusahan berjalan harus menggunakan alat penompang di kedua tanganya.
Apakah dia pernah merasa gagal? Dia pernah kok, ketika apapun yang dilakukanya
itu dipandang sebelah mata. Mereka selalu menganggao dirinya lamban dan tidak
mungkin menyelesaikan apapun.
Namun
prinsip sebaik- sebaiknya manusia adalah yang bermanfaat. Apapun yang terjadi.
Selama Tri berusaha untuk kebaikan orang lain, tak apa. Dia tetap woles bahkan
saat mengerjakan bisnis agro -nya. Meski keluarga sempat meragukan apa akan
berhasil juga; dia tidak bergeming sedikitpun.
Ketika
kecil ketika teman- teman bermain bola. Dia akan menjadi kiper atau asisten
pelatih. Bahkan dia lah paling giat mencari sponsor agar mereka bisa bermain.
Tri mau jadi apa untuk bisa tetap bermain. Di masa kuliah sosoknya sangat akrab
sehingga banyak teman.
Pernah
Tri bersama teman- temannya sekampus Semester 3 Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, bersama- sama mereka mencoba
berbisnis bersama.Sosoknya yang pintar di sekolah dan kampus menjadikan dirinya
dikagumi.
Kala
itu, mereka berasma tengah membuka usaha jasa cetak undangan, kalender, hingga
kaus. Ada temannya yang bertugas nanti sebagai seorang marketing, sementara
itu, Tri bekerja mencari modal, negosiasi harga, dan tentu mencari percetakan;
bakatnya sudah terlihat semenjak itu.
Usahanya
itu berjalan setahun dan ia pun tetap aktif berorganisasi disela- selanya. Ia
pernah menjabat sebagai Sekertaris Jendral Mahasiswa dan Menteri Luar Negeri di
Badan Eksekutif Mahasiswa UNS. Sementara disnis desainnya kemudian dilanjutkan
oleh teman- temannya.
Setahun menjadi aktivis kampus, Tri bergabung Yayasan
Penyandang Cacat Pelangi Hati dan sempat menjadi Ketua II. Itu hanya bertahan
empat bulan. Dia mengundurkan diri karena idealismenya tak sama realitas.
Perasaanya mendorong dia lebih memilih menjalanakn wirausaha kembali.
Kisah
Pengusaha Muda Beprestasi
Lain
cerita di kampus dan di rumah, ketika ia telah sukses lulus dengan IPK baik,
niatnya untuk tak mau jadi pegawai ditentang. Secara serius ia mengaku ingin
jadi pengusaha katanya. Dia lantas berniat berbisnis di bidang agribisnis
sesuai jurusannya.
"Mereka
saat itu selalu melihat ketidaksempurnaan fisik saya, mereka ragu akan
kemampuan saya bekerja. Saat itulah saya merasa tidak berguna," kenang
Tri. Tak bergeming dia tetap berbisnis tidak terhalangi cemooh orang lain.
Kenapa
harus jadi pengusaha muda. Itu karena Tri menyukainya, disisi lain, dia telah
merasakan adanya satu lagi kenyataan pahit. Meski IPK -nya sangat bagus dengan
keadaan fisiknya, dia selalu ditolak bekerja. Oleh karena itu menjadi pengusaha
adalah solusi dimana dia bisa jadi berguna.
Di
biografi Triyono sebenarnya sudah merintih bisnis sejak kuliah. Tepatnya pada
tahun 2006 -an, usahanya di bidang agribisnis, yaitu dia berbisnis bebek
potong. Modalnya 5 jutaan dari bisnis sebelumnya yang sukses.
Tri
lantas membeli 500 bebek untuk dibesarkan. Wirausaha yang total menerapkan ilmu
pertanian miliknya. Hasilnya sangat sukses. Kualitas bebeknya lebih bagus
daripada peternak bebek biasa. Bahkan sangatlah sehat, berat proposional, yang
banyak menjadi pesanan.
Dari
bebek, uang hasilnya lantas dikumpulkan lagi, dia kemudain menyasar bisnis
sapi. Modal uang untung digunakan untuk jual- beli sapi di hari raya Idul Adha.
Di awal, tahun 2007 tepatnya, Triyono lebih memberanikan diri fokus pada bisnis
agro dibanding bisnis konveksi.
Dia
mengenang dimulainya bisnis kurban justru di hari- hari terberat baginya. Kala
itu, dia mengaku, tengah mempersiapkan ujian skripsi sedangkan bisnisnya
barulah dirintis. Hasilnya, Triyono berkutat dengan pelajaran di pagi hari,
lalu kemudian, di sisa waktunya itu. mengerjakaan bisnis. agronya.
Dia
memebeli- menjual produk kurban pasokan hari raya. Seorang diri memasok hewan-
hewan tersebut ke beberapa daerah di sekitar Sukoharjo. Keluar masuk pasar
sudah jadi kebiasaanya setiap hari. Tri harus bejalan jalan jauh menggunakan
truk, lalu mencari lalu ia membeli sapi berkualitas.
Kemudian
ia sendiri yang mengantarkan sapi- sapi pesanan itu. Sendirian. Dia pantangnya
menyarah meski beberapa orang yang diajaknya bekerja, justru mereka menganggap
dirinya itu main- main. Dia serius pada bisnisnya ini, walaupun mereka menyerah
karena melihat keadaan fisik Triyono
Pengusaha
Muda Tumbuh besar
Tri
sadar dia tetap membutuhkan patner dalam bisnis apapun. Dia tak berputus asa
meski ditolak, mengajak orang ikut wirausaha. Dia kemudian menggandeng beberapa
peternak sapi. Saat itu, ia sukses menyediakan 66 sapi yang dibawa dengan media
truk sebanyak 11 buah.
Secara
pribadi menawarkan sapi- sapinya kepada takmir masjid di Solo. Kemudian ia
menjual sapi- sapinya, dimana setiap sapinya, Tri mengantungi Rp.200.000-
Rp.300.000. Uang tersebut ia bagi bersama dua orang patnernya.
Ia
lantas menggandeng Joko seorang pegawai tata usaha di kampusnya. Joko sendiri
memang punya lahan di desanya. Nah, melalui tanahnya di kampung, Kecamatan
Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, dimana ia bisa menyimpan hingga 70 ekor sapi di
sana.
Awalnya
dia dan Joko cuma membangun satu kandang bambu- sederhana, dimana kala itu, ia
cuma punya 3 ekor sapi. Jumlah sapinya pun bisa bertambah jadi 17 sapi. Tri pun
tak berhenti berkuliah meskipun bisnisnya sudah sukses.
Dia
bahkan mengajukan proposal wirausaha Sarjana Membangun Desa, kepada Kementrian
Pertanian. Dari proposal itu Tri sukses mendapatkan dana 320 juta untuk
berbisnis agro kembali. Uang tersebut digunakannya untuk membeli 40 sapi dan
membangun kandang permanen.
Melalui
dana tersebut juga dibuatnya menjadi instalasi pengolahan limbah kotoran sapi
jadi pupuk padat dan cair. Kemudian pupuk ini dijual ke petani. Sapinya itu
berinya makan dari campuran konsentrat berformula agar kotoran tak berbau.
Dan
erjalannya waktu, jumlah sapi milik Tri berkembang menjadi 90 ekor. Waktu itu
sebagian besarnya merupakan pembibitan dan sisanya sapi penggemukan. Kala itu
ia cukup memanfaatkan uang investor dimana mereka akan mendapat keuntungan 30
persen dalam dua-tiga bulan.
Atas
pencapaian itu, Tri mendapatkan penghargaan Wirausaha Muda Mandiri 2010. Sadar
dengan usahnya yang makin besar. Tri tak mau menyia- nyiakan. Dengan bermodal
20 juta itu, ia fokus membangun usahanya dengan bendera CV Tri Agri Aurum
Multifarm hingga sekarang.
Bisnisnya
merupakan bisnis terpadu di bidang multi- agrari. Mulai dari usaha bebek, ayam
potong, peternakan sapi, dan penjualan pupuk. Berbekal punya ijasah pertanian,
ia total mampu menghasilkan 50 juta per- bulan, dan terus berkembang layaknya
pengusaha muda normal.
Melalui
usaha agrobisnis ini ia mencoba untuk membuka mata kita, bisnis agro tidak
hanya untuk orang tua! Prinsipnya jangan terlalu boros memberi makan.
Memberikan makan ternaknya selalu dihitung agar sesuai. Hasilnya mutu ternaknya
bagus jika merawat mereka penuh kasih sayang.
"Kami
selalu memberi pakan tanpa campuran bahan kimia, hanya yang ada di lahan
kamilah yang dimakan ternak, misalnya, rumput hijau," kata Triyono.
Tips
lain ia menggunakan berbagai bahan bumbu dapur. Semua untuk penghematan
pembiayaan. Dia lantas menyebut kunyit, jahe, dan lengkuas, digunakannya untuk
obat ternaknya yang sakit. Dari cara manajemen pakan menjadi 70% rahasia
suksesnya kini.
Ia
pun kerap diangkat menjadi pembicara agrari di berbagai universitas. Pada tahun
2012, ia membuka pangkalan ayam di Pulogadung, Jakarta, setiap hari ia mampu
memasok lima truk ayam potong ke Jakarta. Bayangkan omzetnya sekarang bisa
mencapai rata- rata 200 juta per- bulan.
Setiap
truk miliknya itu mampu mengangkut 150.000 ekor ayam. Selain memanfaatkan
peternakan sendiri, Tri juga membagi rejeki melalui peternakan lain dari Tegal,
Madura, dan Jabodetabek. Setiap truk bisa menghasilkan untung Rp.1,8 juta.
Mendengar
suksesnya makin banyak investor datang. Bahkan mereka rela menggelontorkan uang
hingga 5 miliar. Tri pun memilih tak kaku dengan bisnisnya. Dia menjalin banyak
kemitraan dan bekerja sama dengan banyak peternak lain; dia selalu membagi
rejeki kepada orang lain.
Bahkan
kini, ia tengah menggodok bisnis udang beku untuk dijual ekspor ke Osaka,
Jepang. Berbasis kepercayaan ia terus berbisnis. Dia lantas membeli udang dari
petambak Lampung, kemudian ia menjualnya ke Tanjung Priok, Jakarta.
Disela
sibuknya menjadi pembicara dari kampus ke kampus. Dia ingin terus mengembangkan
bisnisnya ini ke berbagai bidang. Bermodal kemitraan usahany merambah
perkebunan, kehutanan, ekspor, hingga ke jalur perbankan, dimana omzetnya
mencapai Rp.4 triliun per- tahun.
Bahkan
ia mantap memberika nama bank -nya kelak yaitu Tama Bank. Triyono membuktikan
satu hal bahwa menjadi pengusaha itu berkah, bukanlah keterpaksaan yang harus
disesali, yang terpenting tetap fokus!
Biodata
Triyono Pengusaha Muda
Lahir:
Sukoharjo, Jawa Tengah, 21 Juni 1981
Pendidikan:
-
SD Mancasan 2, Baki, Sukoharjo
-
SMP 1 Baki, Sukoharjo
-
SMA 3 Sukoharjo
-
S-1 Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
(UNS) Solo
Penghargaan:
Finalis Wirausaha Muda Mandiri 2010
Orangtua: Priyono
(ayah) dan Marinah (ibu). Ia anak ke-3 dari 4 bersaudara (2 kakaknya meninggal
dunia).
Komentar
Posting Komentar